Sepertinya umat sekarang harus banyak-banyak belajar dari umat terdahulu, nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa “Sebaik-baik umatku adalah pada masaku. Kemudian orang-orang yang setelah mereka (generasi berikutnya), lalu orang-orang yang setelah mereka.” (Shahih Al-Bukhari, no. 3650)
Kesenjangan di beberapa persoalan sangat sulit bila merujuk pada seseorang selain rasulullah, namun beliau wafat pada 632 M. Berbagai ulama besar menjadikan semua orang untuk merujuk kepada mereka dalam segala hal, karena tak di pungkiri bahwa allah mengatakan di dalam al-quran "Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) tidak dianiaya." (Yunus: 47)
Allah maha adil, dia tak mungkin meletakkan satu kaum tanpa seorang rasul yang berguna sebagai pembimbing guna kaum di eranya. Namun hanya sebagian orang yang mengikuti mereka hingga kepercayaan yang awalnya satu ini menjadi berpecah-pecah seperti sekarang. Lalu sang rasulpun tidak tampak ke permukaan, bukan di sebatkan oleh sedikitnya pengkitu mereka melainkan allah swt-lah yang mengkhendaki semuai ini.
Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil. (Surat al mu'min ayat 78)
Bila menatap langit zaman, di setiap kurun, waktu, senantiasa didapati para pembela al-haq. Mereka adalah bintang gemilang yang memberi petunjuk arah dalam kehidupan umat. Mereka memancarkan berkas cahaya yang memandu umat di tengah gelap gulita. Kala muncul bid’ah Khawarij dan Syi’ah, Allah Subhanahu wa Ta’ala merobohkan makar mereka dengan memunculkan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu dan Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Begitupun saat Al-Qadariyah hadir, maka Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, dan Jabir bin ‘Abdillah radhiallahu ‘anhum dari kalangan sahabat yang utama melawan pemahaman sesat tersebut. Washil bin ‘Atha’ dengan paham Mu’tazilahnya dipatahkan Al-Hasan Al-Bashri, Ibnu Sirin, dan lain-lainnya dari kalangan utama tabi’in. Merebak Syi’ah Rafidhah, maka Al-Imam Asy-Sya’bi, Al-Imam Syafi’i, dan para imam Ahlus Sunnah lainnya menghadapi dan menangkal kesesatan Syi’ah Rafidhah. Jahm bin Shafwan yang mengusung Jahmiyah juga diruntuhkan Al-Imam Malik, Abdullah bin Mubarak, dan lainnya. Demikian pula tatkala menyebar pemahaman dan keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah makhluk bukan Kalamullah. Maka, Al-Imam Ahmad bin Hanbal tampil memerangi pemahaman dan keyakinan sesat tersebut.
Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memunculkan para pembela risalah-Nya. Mereka terus berupaya menjaga as-sunnah, agar tidak redup diempas para ahli bid’ah. Bermunculan para imam, seperti Al-Imam Al-Barbahari, Al-Imam Ibnu Khuzaimah, Al-Imam Ibnu Baththah, Al-Imam Al-Lalika’i, Al-Imam Ibnu Mandah, dan lainnya dari kalangan imam Ahlus Sunnah. Lantas pada kurun berikutnya, ketika muncul bid’ah sufiyah, ahlu kalam dan filsafat, hadir di tengah umat para imam, seperti Al-Imam Asy-Syathibi, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah beserta murid-muridnya, yaitu Ibnul Qayyim, Ibnu Abdilhadi, Ibnu Katsir, Adz-Dzahabi, dan lainnya rahimahumullah.
Sosok Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah sendiri bagi sebagian umat Islam bukan lagi sosok yang asing. Kiprah dakwahnya begitu agung. Pengaruhnya sangat luas. Kokoh dalam memegang sunnah. Sebab, menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, sesungguhnya tidak ada kebahagiaan bagi para hamba, tidak ada pula keselamatan di hari kembali nanti (hari kiamat) kecuali dengan ittiba’ (mengikuti) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Itu sederet perbedaan keyakinan masih dalam koridor kepercayaan yang sama, setelah itu semua orang mulai menyimpang dari ajaran tauhid yang mengesakan allah.
Misalnyadi India..?! tentunya juga harus ada Nabi, tentu disana juga banyak manusia yang hidup. Mereka juga butuh keselamatan dunia dan akhirat
Yang jelas, pasti ada jika menilik ayat di atas dan keyakinan kita bahwa Allah subhanahu wa ta’ala adalah Maha Adil serta sangat menyayangi seluruh hamba-hambaNya tanpa pandang bulu.
Menurut penafsiran beberapa ulama dan ahli sejarah, di India pernah dikirim pemberi peringatan (Nabi), menurut beberapa penafsiran Budha Gautama adalah Nabi Idris ditilik dari sejarah yang kemudian didapatkan persamaan-persamaan sejarah hidupnya. Hanya dalam beberapa decade, terjadilah penyimpangan-penyimpangan yang terjadi hingga Buddha Gautama dianggap Tuhan atau Dewa yang diagungkan.
Tuhan Yang Maha Esa (Tauhid) dalam agama Buddha adalah “ Atthi Ajâtam Abhûtam Akatam Asankhatam “ (dalam bahasa Pâli), yang artinya “Suatu yang Tidak Dilahirkan, Tidak Dijelmakan, Tidak Diciptakan, Yang Mutlak”. Sedangkan istilah Asankhata dalam bahasa Pâli berarti Yang Maha Esa atau Yang Mutlak. Hampir semakna dengan kalimat di dalam QS Al Ikhlas yang berisi bahwa Tuhan adalah Ahad (Esa), tempat bergantung setiap makhluq-Nya, tidak beranak dan tidak diperanakkan, serta tidak ada yang serupa dengan-Nya (tidak dijelmakan)
Hal ini tidak berbeda dengan yang terjadi di tanah Arab, Latta, Uzza dan Manat menurut sejarah mereka adalah orang-orang shalih yang mendapatkan kemuliaan dan karomah dari Tuhan. Begitu hormatnya orang-orang terdahulu pada mereka, sehingga terjadilah penghormatan yg kelewat batas alias berlebihan, sehingga setelah beliau meninggal, mereka dianggap sebagai anak-anak Allah. (baca QS 53;19-20) dan Manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah).
Pada tahap selanjutnya dibuatlah patung-patung sebagai wujud mereka, untuk disembah-sembah dan dianggap perantara mereka dengan Tuhan dalam berdoa. Tidak berbeda juga dengan Nabi Isa AS, saat beliau sudah meninggal, terjadi penyimpangan-penyimpangan. Penghormatan yang berlebihan sehingga mengangkat beliau menjadi anak Tuhan, bahkan akhirnya diangkat menjadi Tuhan itu sendiri dalam konsili Nicea.
Tidak berbeda juga dengan keadaan saat ini, beberapa orang shalih (misal para wali), saat beliau sudah meninggal dunia, banyak yang menghormati beliau semuanya secara berlebihan. Mereka menganggap para wali dapat menjadi perantara mereka dengan Allah, hingga kuburan mereka dijadikan tempat sembahyang. mereka menganggap para wali tersebut dapat menyampaikan doa mereka pada Allah, menganggap keramat kuburan para wali Allah, bahkan mereka takut pada kuburan melebihi takutnya pada Allah, takut kuwalat, dan juga menganggap berdoa dan beribadah di kuburan lebih afdhol dan terkabul daripada beribadah dan berdoa di Masjid.
Saat ditanya, alasan mereka sama dengan alasan yang diberikan orang Qurais jaman dahulu saat ditanya mengapa mereka menyembah berhala :
QS 39;3 “Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya.”
QS 10;18. "Dan mereka menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: “Mereka itu adalah pemberi syafa’at kepada kami di sisi Allah.”
Penyimpangan-penyimpangan terjadi saat para pemberi peringatan atau orang-orang shalih tersebut sudah meninggal, ini adalah sejarah yang berulang dari jaman ke jaman.
Bagaimana dengan Hindu..?! Sehingga tidak salah juga jika ada penafsiran yang mengatakan, bahwa penyebar Hindu pertama adalah seorang Nabi Allah juga, yang pada periode-periode berikutnya mengalami penyimpangan-penyimpangan. Hal ini dapat diketahui dari kitab suci agama Hindu yang mengajarkan ajaran Tauhid, walau kemudian hari disimpangkan menjadi Tuhan yang banyak (Dewa).
(Shevatashvatara Upanishad Ch 4: V.19)
Tuhan itu tidak ada sesuatupun yang menyerupai Dia
Bhagavad Gita Ch.10:V.3)
Allah Tuhan yang tidak dilahirkan, tiada permulaan, Tuhan Seru Sekalian Alam.
Allah Tuhan yang tidak dilahirkan, tiada permulaan, Tuhan Seru Sekalian Alam.
(Rigveda Book 1 Hymn 164:V.146)
Allah Maha Esa. Panggilah dengan berbagai nama. (asmaul husna)
Allah Maha Esa. Panggilah dengan berbagai nama. (asmaul husna)
(Rigveda Book 8 Hymn 1:V.1)
Kami tidak menyembah seseorang kecuali Allah yang satu.
Kami tidak menyembah seseorang kecuali Allah yang satu.
(Chandogya Upanishad Ch.6 Sek.2 V.1)
Tuhan hanya satu tidak ada sekutu dengan-Nya
Tuhan hanya satu tidak ada sekutu dengan-Nya
(Shevatashvatara Upanishad Ch 6: V.9)
Allah itu tidak beribu bapa.
Allah itu tidak beribu bapa.
Sama bukan dengan ajaran ke-Tauhidan Islam..?! persis sama dan tidak geser dikit pun. Hanya dalam prakteknya, terjadi banyak penyimpangan-penyimpangan, banyak sesembahan-sesembahan, banyak sesajen, dan sebagainya dalam praktek pelaksanaan agamanya yang sebenarnya bertentangan dengan ajaran Tauhid kitab yang aslinya.
Bahkan Nabi Muhammad pun di sebut dalam kitab suci Hindu, silahkan baca hasil copasan berikut di bawah ini :
Seorang professor bahasa dari ALAHABAD UNIVERSITY INDIA dalam salah satu buku terakhirnya berjudul “KALKY AUTAR” (Petunjuk Yang Maha Agung) yang baru diterbitkan memuat sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan kalangan intelektual Hindu.
Sang professor secara terbuka dan dengan alasan-alasan ilmiah, mengajak para penganut Hindu untuk segera memeluk agama Islam dan sekaligus mengimani risalah yang dibawa oleh Rasulullah saw, karena menurutnya, sebenarnya Muhammad Rasulullah SAW adalah sosok yang dinanti-nantikan sebagai sosok pembaharu spiritual.
Prof. WAID BARKASH (penulis buku) yang masih berstatus pendeta besar kaum Brahmana mengatakan bahwa ia telah menyerahkan hasil kajiannya kepada delapan pendeta besar kaum Hindu dan mereka semuanya menyetujui kesimpulan dan ajakan yang telah dinyatakan di dalam buku. Semua kriteria yang disebutkan dalam buku suci kaum Hindu (Wedha) tentang ciri-ciri “KALKY AUTAR” sama persis dengan ciri-ciri yang dimiliki oleh Rasulullah SAW.
Dalam ajaran Hindu disebutkan mengenai ciri KALKY AUTAR diantaranya, bahwa dia akan dilahirkan di jazirah, bapaknya bernama SYANUYIHKAT dan ibunya bernama SUMANEB. Dalam bahasa sansekerta kata SYANUYIHKAT adalah paduan dua kata yaitu SYANU artinya ALLAH sedangkan YAHKAT artinya anak laki atau hamba yang dalam bahasa Arab disebut ABDUN.
Dengan demikian kata SYANUYIHKAT artinya “ABDULLAH”. Demikian juga kata SUMANEB yang dalam bahasa sansekerta artinya AMANA atau AMAAN yang terjemahan bahasa Arabnya “AMINAH”. Sementara semua orang tahu bahwa nama bapak Rasulullah Saw adalah ABDULLAH dan nama ibunya AMINAH.
Dalam kitab Wedha juga disebutkan bahwa Tuhan akan mengirim utusan-Nya kedalam sebiuah goa untuk mengajarkan KALKY AUTAR (Petunjuk Yang Maha Agung). Cerita yang disebut dalam kitab Wedha ini mengingatkan akan kejadian di Gua Hira saat Rasulullah didatangi malaikat Jibril untuk mengajarkan kepadanya wahyu tentang Islam.
Bukti lain yang dikemukakan oleh Prof Barkash bahwa kitab Wedha juga menceritakan bahwa Tuhan akan memberikan Kalky Autar seekor kuda yang larinya sangat cepat yang membawa kalky Autar mengelilingi tujuh lapis langit. Ini merupakan isyarat langsung kejadian Isra’ Mi’raj dimana Rasullah mengendarai Buroq
Jadi, tidak salah jika Allah telah berfirman bahwa setiap umat akan diturunkan para Nabi atau pemberi peringatan.. Sinolog (pakar per-China-an—penj) terkemuka, James Legge, mengklaim, “Lima ribu tahun silam bangsa China adalah monoteis—bukan henoteis, tapi monoteis” (“Konfusianisme dan Taoisme menerangkan dan sebanding dengan Kristen”). Kristen Syria, serta rekan terkemudian mereka dari Gereja Katolik, melihat kemiripan antara Shandi/Tian dan Tuhan Ibrahim, dan oleh sebab itu menjadikan “Shangdi” sebagai nama “Tuhan” Kristen dalam bahasa China. Beberapa akademisi Kristen China, nyatanya, juga menegaskan bahwa Tuhan Ibrahim dan Shangdi China merupakan entitas yang sama.
Jadi, sebenarnya, semua ajaran berasal dari satu sumber yang sama.. tetapi kemudian terkontaminasi dengan kepercayaan2 lainnya, sehingga mulailah terjadi berbagai macam penyimpangan-penyimpangan.. semakin lama, penyimpangan akan terasa semakin jauh, tetapi jika ditelusuri dari sumber yang asli, maka akan kita dapatkan sebuah keyakinan yang sama, yaitu ajaran Tauhid, hanya satu Tuhan yang Esa, tempat bergantung setiap makhluq-Nya,tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada yang menyamaiNya (ringkasan QS Al Ikhlas..
Wallahu a’lam…
0 Komentar