5 Teknik Dasar yang Wajib diketahui Pemain Futsal Pemula

Permainan futsal sudah sangat memasyarakat di Indonesia. Tidak heran jika olahraga satu ini sudah menjamur di mana-mana hingga ke pelosok daerah. Bahkan turnamen futsal lebih banyak di adakan ketimbang turnen sepak bola. Meski sama-sama menyepak dengan kaki futsal tidaklah semudah dimainkan seperti para pesepakola umuknya. Perlu penyesuaian diri terhadap kondisi lapangan, gawang, waktu, peraturan dan pemain yang terbatas hanya 5 orang di dalam lapangan

Menurut saya futsal itu simpel, tapi sulit untuk bermain futsal secara simpel. Di luar lapangan betapa mudahnya kita liat mereka mencetak gol namun ketika kita berada di dalam lapangan apalagi dalam situasi pertandingan tidak bisa menjalankan sebuah ritme permainan semudah yang kita fiikirkan itu kecuali tim yang dihadapi adalah tim yang tidak kuat.

Untuk itu agar permainan berjalan sesuai dengan pola yang di inginkan pelatih maka ada beberapa kunci yang harus di kuasai. Yakni teknik dasar berupa mengoper, mengontrol, menggiring, pergerakan, dan menembak.

Sekarang, dari lima hal di atas, aspek mana yang sudah Anda kuasai dengan baik? Tidak perlu terlalu serius, karena tidak ada salahnya bermain futsal dengan baik selagi kita tetap mengedepankan hiburan.

Mengoper

Operan haruslah memiliki tingkat akurat yang tinggi. Karena lapangan futsal sempit, jarak antar pemain dekat, sehingga harus operan harus tegas dan akurat sampai ke rekan.

Operan ini sendiri bisa dilakukan dengan kaki bagian dalam, luar, punggung kaki, maupun ujung kaki atau yang lebih terkenal dengan bahasa “congcong”. Tapi sebaiknya dianjurkan lebih banyak menggunakan kaki bagian dalam.

Mengontrol

Bagi kita yang sering panik ketika mendapatkan bola, kita bisa mulai belajar mengontrol bola dengan baik.

Kontrol yang baik adalah dengan memakai bagian sol sepatu. Ini dilakukan agar bola mudah dikontrol, dan mudah untuk mengubah arah bola sesuai keinginan kita, tetapi tetap dalam penguasaan penuh kita.

Kemudian, ketika bola belum sampai kepada kita, kita harus sudah tahu bola akan diarahkan kemana, sehingga kita bisa langsung mengotrol dengan mengarahkan ke tempat yang akan kita tuju.

Di sini kita harus membedakan antara “mengontrol bola menggunakan sol sepatu” dengan “menginjak bola”. Ke dua hal di atas tidaklah sama, meskipun perbedaannya sangat tipis.

Mengontrol bola menggunakan sol sepatu bisa dilakukan ketika tumit kaki sudah berada di atas lapangan, bukan melayang di atas lapangan. Dibandingkan dengan mengontrol menggunakan bagian kaki lain, menggunakan sol sepatu juga akan membuat bola terkontrol dengan sempurna (tak terpental).

Menggiring

Menggiring atau dribel di futsal tidak seperti di sepakbola. Dalam futsal, dribel lebih mengedepankan timing yang tepat, yaitu kapan saatnya dribling diperlukan.

Pada dasarnya dribel lebih dilakukan untuk “memecah kebuntuan”, artinya jarang terlalu sering, karena futsal lebih mengutamakan kerjasama tim.

Maka dari itu tak jarang kita kesal kepada rekan kita yang terlalu sering menggiring bola, apalagi mencoba menggocek lawan. Begitupun dengan atlet tingkat nasional.

Jika kita melihat futsal level internasional, mereka lebih sering mengoper daripada menggiring, maka biasakan juga seperti itu sehebat apapun kita.

Pergerakan

Di lapangan yang lebih kecil, pergerakan yang efektif dan efisien adalah kunci lainnya. Bergerak dengan membuka ruang, meminta bola, yang memungkinkan rekan untuk memberi operan kepada kita. Itu adalah hal yang penting dan wajib diketahui pemain futsal.

Dengan mata tetap melakukan kontak dengan bola, hal ini juga yang akan membuat pergerakan kita tidak akan menjadi mubazir.

Meskipun faktor kelelahan menjadi penting, pergerakan harus senantiasa kita lakukan. Jangan khawatir stamina kita akan terkuras, karena kita selalu bisa beristirahat bergantian dengan rekan kita dari bangku cadangan.

Main futsal jangan malas, harus rajin bergerak kawan!

Menembak

Sehebat apapun permainan futsal kita, mencetak gol tetap menjadi tujuan utama. Jadi kita harus berani percaya diri untuk menendang bola ke arah gawang lawan, sekecil apapun kesempatan yang datan.

Mencobalah untuk berani mengeluarkan tendangan jika sudah pada wilayah 10 meter atau di sekitar titik penalti ke dua (titik antara titik kick-off dengan titik penalti)”.

Selain masalah timing di atas, para pemain dianjurkan untuk melakukan tembakan menggunakan congcong (ujung kaki) maupun punggung kaki, bukan bagian kaki dalam maupun luar.

Namun, untuk menghindari bola yang terlalu melayang, dianjurkan juga untuk menendang bola di bagian tengah, bukan bagian bawah. Begitupun badan jangan terlalu mengadah ke atas, tapi jangan juga terlalu membungkuk karena bisa menyebabkan cedera.

Kesimpulan


Beitulah tips bermain futsal yang harus dikuasai oleh seorang pemain futsal yang handal. Hal seperti ini sebenarnya hanya membutuhkan latihan yang rutin walau tidak dipungkiri bakatlah yang membuat waktu dan proses menjadi singkat sehingga teknik lain dapat pula dipelajari. Siapa yang tidak ingin menjadi seperti Bayu Saptaji yang sudah menjadi idola anak muda-mudi untuk urusan mengocek bola di lapangan kecil. Pemain futsal timnas futsal satu ini sudah pernah mencicipi atmosir laga di Tiongkok akibat kepiawaiannya. Semoga dengan talenta seperti ini bisa hadir lagi Bayu bayu selanjutnya di indonesia terlebih yang ada ditanah bumi berazam ini.

Bukti Kebenaran Al-Qur'an ? Ini Penjabarannya


Adakah mushaf Al-Quran di setiap rumah keluarga Muslim? Diduga jawabannya adalah “tidak”! Apakah anggota keluarga Muslim yang memiliki mushaf telah mampu membaca Kitab Suci itu? Diduga keras jawabannya “belum”! Apakah setiap Muslim yang mampu membaca Al-Quran mengetahui garis besar kandungannya serta fungsi kehadirannya di tengah-tengah umat? Sekali lagi, jawaban yang diduga serupa dengan yang sebelumnya.

Kitab Suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. antara lain dinamai Al-Kitab dan Al-Qur’an (bacaan yang sempurna), walaupun penerima dan masyarakat pertama yang ditemuinya tidak mengenal baca-tulis. Ini semua, dimaksudkan, agar mereka dan generasi berikutnya membacanya. Fungsi utama Al-Kitab adalah memberikan petunjuk. Hal ini tidak dapat terlaksana tanpa membaca dan memahaminya.

Dari celah-celah redaksinya ditemukan tiga bukti kebenarannya. Pertama, keindahan, keserasian, dan keseimbangan kata-katanya. Kata yaum yang berarti “ hari”, dalam bentuk tunggalnya terulang sebanyak 365 kali (ini sama dengan satu tahun), dalam bentuk jamak diulangi sebanyak 30 kali (ini sama dengan satu bulan). Sementara itu, kata yaum yang berarti “bulan” hanya terdapat 12 kali. Kata panas dan dingin masing-masing diulangi sebanyak empat kali, sementara dunia dan akhirat, hidup dan mati, setan dan malaikat, dan masih banyak yang lainnya, semuanya seimbang dalam jumlah yang serasi dengan tujuannya dan indah kedengarannya.

Kedua, pemberitaan gaib yang diungkapkannya. Awal surah Ar-Rum menegaskan kekalahan Romawi oleh Persia pada tahun 614: Setelah kekalahan, mereka akan menang dalam masa sembilan tahun di saat mana kaum mukminin akan bergembira. Dan itu benar adanya, tepat pada saat kegembiraan kaum Muslimin memenangkan Perang Badar pada 622, bangsa Romawi memperoleh kemenangan melawan Persia. Pemberitaannya tentang keselamatan badan Fir’aun yang tenggelam di laut Merah 3.200 tahun yang lalu, baru terbukti setelah muminya (badannya yang diawetkan) ditemukan oleh Loret di Wadi Al-Muluk Thaba, Mesir, pada 1896 dan dibuka pembalutnya oleh Eliot Smith 8 juli 1907. Maha benar Allah yang menyatakan kepada Fir’aun pada saat kematiannya: Hari ini Kuselamatkan badanmu supaya kamu menjadi pelajaran bagi generasi sesudahmu (QS 10:92).

Ketiga, isyarat-isyarat ilmiahnya sungguh mengagumkan ilmuwan masa kini, apalagi yang menyampaikannya adalah seorang ummi yang tidak pandai membaca dan menulis serta hidup di lingkungan masyarakat terbelakang. Bukti kebenaran (mukjizat) rasul-rasul Allah bersifat suprarasional. Hanya Muhammad yang datang membawa bukti rasional. Ketika masyarakatnya meminta bukti selainnya, Tuhan berpesan agar mereka mempelajari Al-Quran (lihat QS 29:50). Sungguh disayangkan bahwa tidak sedikit umat Islam dewasa ini bukan hanya tak pandai membaca Kitab Sucinya, tetapi juga tidak memfungsikannya, kecuali sebagai penangkal bahaya dan pembawa manfaat dengan cara-cara yang irasional.

Rupanya, umat generasi inilah antara lain yang termasuk diadukan oleh Nabi Muhammad: Wahai Tuhan, sesungguhnya umatku telah menjadikan Al-Quran sesuatu yang tidak dipedulikan (QS 25:30).

Tahap pertama untuk mengatasi kekurangan dan kesalahan di atas adalah meningkatkan kemampuan baca Al-Quran. Janganlah anak-anak kita disalahkan jika kelak di hari kemudian mereka pun mengadu kepada Allah, sebagaimana ditemukan dalam sebuah riwayat: “Wahai Tuhanku, aku menuntut keadilan-Mu terhadap perlakuan orang-tuaku yang aniaya ini.”

Semodern Apapun Zaman Buku Akan Tetap Menjadi Rujukan Terbaik


Akhir zaman di tandai salah satunya dengan diangkatnya ilmu. Maksud ilmu disini bisa saja para wali Allah seperti ulama, kiyai, tokoh, pemimpin adil dan sebaginya yang akan di angkat ke langit. Secara tidak langsung ilmunya juga terangkat. Lalu ilmu pengetahuan hadir sebagai pencerah kehidupan manusia dalam mewujudukan peradaban yang lebih baik, jika ilmu tidak ada maka kehidupan di dunia akan vakum dengan subjeknya yang tidak dapat mengembangkan apa yang ada di bumi.

Ilmu pengetahuan di dapat dengan berbagai cara salah satunya dengan 5 indera yang ada pada manusia. Ketika ilmu yang di dapat, pada prosesnya terdapat sesuatu kekuatan begitu luar biasa yang dapat menyimpan ilmu tersebut. Sehinggalah ilmu-ilmu terdahulu masih tetap ada dan dapat dipelajari hingga sekarang, yakni kekuatan ingatan. Ingatan semua orang relatif, pada zaman Rasulullah ingatan seseorang mayoritas lebih baik dan kuat ketimbang sekarang yang menjadi minoritas. 

Untuk itulah buku hadir sebagai pengimbang dalam kehidupan masa depan. Buku bukan saja karya tulis yang sekedar untuk di baca, tetapi juga memiliki peran yang sangat vital bahkan salah satu penyebab pengatur sebuah sistem dalam setiap waktu. Buku hadir mengajarkan manusia baca dan tulis, dengan kebiasaan itu semua hal yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang panjang terlampai, lama menjadi dekat dan semua berawal dari ilmu pengetahuan yang di aplikasikan ke dalam karya tulis (buku). Begitah sifat ilmu, selalu menghasilkan sesuatu ketika dikembangkan.

Hanya sekedar ingatan kita tidak mampu, kecuali mendapat kekuatan IQ khusus atas izin Allah seperti Abu Hurairah. Namun bagaimana jika ia telah tiada? Lalu baca tulis tidak dilakukannya? Maka yang terjadi adalah bom waktu yang siap menghancurkan generasinya.

Maka kembali lagi pada sejarah terbaik di dunia, yakni di zaman Rasulullah, sahabat, tabi'in dan seterusnya. Sebuah buku -bukan saja Al-Qur'an, buku lainnya juga- di kumpulkan menjadi satu dan puncak kesadaran tersebut terjadi dikala ketakutan orang-orang akan di angkatnya para wali Allah dan orang-orang alim yang berilmu. Tujuan kesadarannya juga agar ilmu tidak di angkat ke langit dan bisa diteruskan kepada generai berikutnya.

Begitu pentingnya buku di mata sejarah manusia, sehingga layak kita muliakan buku-buku ini. Bahkan karena bukulah internet hadir dan karena buku kita bisa membaca dan menulis di era serba digital sekarang.

Apa Hubungan Antara Hari Sumpah Pemuda Dengan Hari Bokek? Yuk Kita Intip Penjelasannya


Apakah teman-teman pernah mengalami bokek alias dompet tipis? Ya jawabannya tentu semua orang pasti pernah merasakannya karena tidak selamanya hidup ini berada di atas terus. Ketika berada di bawah, kita membayangkan saat itulah titik nadir hidup kita. Ada sebagian orang untuk enggan menceritakan kejadian tersebut karena gengsi, tidak ingin dikasihani, tidak ingin direpotkan dan lainnya. Namun ada juga yang senang mengumbar, justru ia mempertontokan ke orang-orang dengan cara beragam yakni dengan upload meme lucu, status dengan berpantun, puisi video bahkan lisanpun sanggup dikeluarkan tanpa paksaan.
Nah disini saya termasuk ciri-ciri orang seperti yang terakhir tersebut. Saya tidak malu untuk mengatakan yang sejujurnya, bahkan dengan kejujuran ini saya bisa di tolong dengan bantuan teman-teman. Tidak masalah mereka mengasiani karena hidup sosial itu tidak bisa hidup tanpa orang lain. Dogma inilah yang selalu yang pegang ketika dompet mulai mengikis.

Di atas udah dibahas kalau hidup ini akan berputar terus, ada yang di bawah dan di atas, untuk itulah jika kita berada di bawah mintaklah dengan yang di atas (teman yang mampu) nah begitu juga sebaliknya. Terkadang mereka yang tidak paham dengan siklus kehidupan manusia ini sulit untuk menerima kenyataan mereka harus di bawah dahulu. Terlebih hubungannya dengan Tuhan sangat jauh dari pada dengan kemudhratan.

Dalam kasus ini, hanya mengandalkan keyakinan dan dogma yang di pegang hidup akan berjalan aman. Yakni dogma siklus kehidupan manusia dan keyakinan akan keberhasilan tidak akan mengkhianati usaha. Hari ini ketika upaya-upaya yang dilakukan dengan harapan hasil maka jalan untuk mendapatkan uang itu akan berada di mana saja dan ia hadir tanpa diketahui. Inilah perlu ditanamkan pada generasi sekarang bahwa revolusi mental segera digalakkan. Jangan meremehkan hal kecil ini, justru hal-hal kecil berkontinue yang dapat merusak generasi bangsa lebih berbahaya dari pada hal besar walau hanya sekali.

Jika hal semacam ini terjadi terus menuerus, bisa-bisa akan merembes ke dalam tingkat keluaraga. Kehidupan akan goyah disaat mental jatuh dan akhirnya frustasi yang terjadi bunuh diri dimana-mana, merampok, lalu hidup sudah tidak jelas pengembangannya karena hutang-piutang, ketersedian makanan menipis, biaya tanggungan dan lain sebaginya.

Dengan semangat sumpah pemuda ini sebaiknya kaum muda lebih memprioritaskan berfikir secara irasional dengan memperdalam dan mencari tahu akan kondisi keuangan lalu mengembangkan teori yang difikirkan serta implentasikan hal-hal yang dikira inovatif. Jangan lagi berfikir secara estetik, hanya sebatas menikmati hidup ini dan mengatakan bahwa nikmati saja hidup ini. Buang pemikiran prikitif tersebut dengan mulailah memikirkan sesuatu yang berguna, paling tidak dengan berevolusi menjadi manusia yang unggul dalam segala bidang termasuk keuangan.

Memperingati Hari Pahlawan PC PMII Kabupaten Karimun Melakukan Seminar Dialog Kebangsaan


Kegiatan Seminar Dialog Kebangsaan
Sabtu (12 Novemver 2016l) Dalam memperingati sempena hari pahlawan 10 november PC PMII Kabupaten Karimun melaksanakan kegiatan seminar dialog kebangsaan. Pada acara tersebut tema yang di angkat ialah "Sadar, dan Bangkitlah Kita Sedang Dihancurkan".

Kegiatan ini turut mengundang beberapa narasumber di antaranya dari kodim 0317/tbk namun yang diwakilkan oleh Danramil 01/balai Bapak Mayor Inf. Syafrizal. Lalu juga ada pihak Kemenag Kabupaten Karimun yang diwakili oleh Kepala seksi bimbingan masyarakat yakni Bapak Drs. Kholif Ihda Rifai. Selanjutnya dari pihak BPMBD dan Kesbang Pemkab Karimun yang menghadirkan Ibuk Ratna Hasbi S.H. Kemudian yang terkahir Ibuk Tsaniya Azmi S.Sos utusan dari BNN Kab. Karimun

Acara dimulai dari beberapa kata sambutan lalu langsung diisi dengan dialog kebangsaan yang dipandu oleh moderator. Peserta acara seminar dialog kebangsaan di dominasi oleh kalangan pelajar yang ada di Kabupaten Karimun. Namun juga ada beberapa perwakilan dari mahasiswa dan juga ormas. 

Saat dialog para peserta yang hadir cukup antusias dan juga interaktif, dimana terjadi perdebatan seru antara siswa dengan mahasiswa dalam beragumen terkait isu media sosial. Penyerahan cendramata beserta sertifikat kepada para narasumber menjadi acara penutup dari serangkaian acara tersebut.

Ketika ditemui sahabat Parizal selaku ketua PC PMII Kabupaten mengakui bahwa kita perlu menyadarkan semua elemen yang ada di Kabupaten Karimun untuk sadar akan ancaman-ancaman yang terjadi pada NKRI, terlebih dengan ancaman yang belum terlihat nyata. 

Senada dengan ketua umum, sahabati Rina yang menjadi ketua panitia menambahkan bahwa kedepannya kita harapkan masyarakat, mahasiswa, pelajar, pejabat dan lainnya dapat memahami dengan pencerahan dari hasil paparan ke empat para narasumber tersebut

Kemudian disela-sela akhir acara para peserta, narasumber serta panitia melakukan foto bersama di atas panggung. Berikut foto kegiatan tadi pagi :



Sadar, dan Bangkitlah Asia


Manusia di Asia juga mempunyai budaya yang cukup kental yaitu budaya kerukunan sehingga manusia di Asia apabila ada suatu perbedaan pendapat dengan pendapat manusia yang lainnya lebih baik diam saja daripada pendapatnya dikemukakan dan membuat suatu pertengkaran sehingga manusia di Asia tidak bisa berkembang secara optimal di banding dengan negara liberalis yang bisa mengemukakan pendapat dengan bebas walaupun pendapatnya itu berseberangan.

Peradaban modern yang tak terbendung dengan globalisasi sebagai ikon utamanya telah menghadirkan suatu paradigma baru. Pradaban modern tak lain adalah pradaban Barat yang diakui sendiri oleh mereka sebagai pradaban universal dan patut dicontoh oleh selainnya. Dan memang diakui bahwa sampai saat ini Barat unggul dalam segala bidang, mulai dari teknologi, perekonomian, keilmuan dan kesejahteraan rakyat, dibandingkan dengan negara di luarnya, terutama Asia.

Asia tidak saja ketinggalan dalam bidang-bidang itu, melainkan juga hanya menjadi konsumen atas “produk-produk” Barat, seperti kebebasan individu dan demokrasi. Keculi Jepang, China, dan Macan Asia (Hongkong, Taiwan, Korea Selatan, dan Singapura), pola pikir masyarakat selain negara-negara tersebut masih dinilai stagnan. Fregmentasi histori peradaban yang beberapa abab lalu berjaya di bumi Asia hanya mampu menunjukkan romatisme sejarah.

Maka tak heran bila Kishore Mahbubani mempertanyakan kemampuan berpikir orang Asia dengan “Bisakah Orang Asia Berpikir?”. Pertayaan ini bukanlah melecehkan masyarakat Asia, melainkan sebuah kesadaran yang datang terlambat ketika perkembangan peradaban Asia mulai memasuki ranah yang lebih maju. Diakui atau tidak, menjelang abad 21 perkembangan Asia, khususnya Asia Pasifik, begitu pesat terutama bidang perekonomian.

Menurut Mahbubani, Timur (baca; Asia) dan Barat memiliki ciri khas perpikir. Pola pikir orang Asia besifat ‘holistik’, yakni perhatian yang lebih menekankan pada konteks, toleran pada kontradiksi, dan sedikit bergantung pada logika. Sedangkan orang Barat cendrung berpola pikiran ‘analitis’, menghindari kontradiksi, berfokus pada obyek-obyek yang berbeda dari konteksnya, dan lebih mengedepankan logika (hlm.xxxi). Atau dalam bahasa Dawam Raharjo, dalam pengantarnya, orang Barat lebih rasional, sedangkan orang Asia lebih emosional. Inilah perbedaan mendasar dari tipelogi dua masyarakat, Timur dan Barat.

Sejarah mencatat bahwa beberapa pradaban seribu tahun yang lalu begitu sukses dan tumbuh subur di bumi Asia. Saat itu, orang China, Arab dan India memimpi perkebangan paradaban. Dan diantaranya pula terjadi pertukaran kebudayaan yang saling mendukung kemajuan dari masing-masing. Sedangkan Eropa masih dalam masa “kegelapan” yang dimulai ketika runtuhnya Kekaisaran Romawi. Namun, apa yang terjadi kemudian sungguh diluar dugaan, ketiga peradaban besar Asia itu runtuh dan terpuruk dalam keterpencilan sejarah.

Sebaliknya, bangsa Eropa-lah yang maju ke depan, muncul sebagai peradaban pertama yang mendominasi dunia. Keajaiban seakan menyeruak dalam pikiran orang Eropa. Perubahan terjadi diseluruh sektor kehidupan. Perubahan yang diikuti kemajuan dan peningkatan peradaban, dari renaisan hingga pencerahan, dari revolusi saintifik hingga revolusi industri, yang akhirnya menjadikan dunia diluanya sebagai negeri koloninya. Yang paling menyakitkan pada Asia bukanlah kolonisasi fisik, tetap kolonisasi mental yang menyebabkan orang Asia menyakini superior Barat. Bila berkaca pada sejarah diatas, maka, menurut Mahbubani, jawaban dari pertayaan yang dijadikan judul bukunya adalah “tidak bisa”, orang Asia tidak bisa berpikir. Alasannya, bagaimana mungkin peradaban Asia yang begitu maju luluh lantak. Namun ia juga memberikan alasan untuk jawaban “bisa” dari pertayaannya.

Prestasi ekonomi masyarakata Asia Timur adalah salah satunya. Kedua, adanya perubahan penting yang tengah terjadi dalam pikiran-pikiran orang Asia. Mereka tak lagi percaya jika satu-satunya cara berkembang adalah dengan jalan menjiplak atau membebek. Sekarang mereka yakin bisa membuat solusinya sendiri. Peruabahan pikiran orang Asia terjadi pelan-pelan. Memang mereka tidak sempurna, tapi jelas-jelas tampak superior. Hal ini disebabkan oleh adanya kesadaran bahwa, seperti masyarakat Barat, mereka memiliki filsafat, budaya, dan sosial yang kaya yang bisa dijadikan sandaran dan digunakan untuk mengembangkan masyarakat modern dan berkembang. Ini sebagai alasan ketiga.

Namun, tantangan-tantangan yang dihadapi masyarakat Asia jauh lebih kompleks sebelum bisa meraih tingkat prestasi yang komprehenif. Misalnya Tantangan serius dalam bidang sosial dan keamanan, yang sampai saat ini masih sering terjadi perang sipil dan pemberontakan dalam negeri, masih memperlihatkan wajah kesuramannya. Hal ini, menurut Mahbubani memungkinkan untuk menjawab mungkin dari pertayaannya. Selain itu, yang “mungkin” adalah pemeliharaan kekuatan tradisi nilai-nilai Asia, seperti kasih sayang pada keluarga sebagai institusi, rasa hormat pada kepentingan sosial, sifat berhemat, konservatisme dalam adat istiadat sosial, dan rasa hormat pada pemimpin, menumbuhkan mind Asia yang khas.

Jika tolok ukurnya adalah peradaban Barat yang bisa diserap untuk seluruh segemen kehidupan di Asia, maka tantangan selanjutnya adalah bagaimana orang Asia menyerap apa yang dimilikinya seperti ia menyerap apa yang telah diprakarsai oleh Barat. Akan tetapi yang sangat memungkin atas pilihan jawaban “mungkin” adalah optimisme orang Asia, sama halnya ketika bangsa Eropa memiliki optimisme saat memasuki renaisan. Dan kepercayaan akan perubahan ini harus dipupuk sedemikian agar tetap bersemi dan membuahkan keberhasilan.

Dalam bahasa Mahbubani, perubahan itu hanyalah masalah waktu (ketika, bukan jika), peradaban Asia mencapai perkembangan yang sama dengan peradaban Barat (hlm.xli). Artinya keniscayaan peruabahan Asia bukan ide utopis, melainkan suatu kenyataan riil. Hegemoni dan dominasi Barat atas Timur akan runtuh secara bertahap.

Bila dikaitkan dalam konteks Indonesia, pertanyaan seperti yang dilontarkan Mahbubani ini tentunya akan memberikan dampak positif untuk perkembangan Indonesia di masa depan. Sebab, munculnya pertayaan seperti tanyakan Mahbubani dari judul buku ini, tak lain hanyalah upaya merangsang masyarakat Asia untuk memulai perubahan yang sebenarnya mampu mereka lakukan. Karena merupakan kesalahan besar ketika manusia Asia hanya bisa menjiplak ‘produk’ Barat tanpa bisa mengembangkannya menjadi sebuah kritik akan stnagnasi yang telah mengkronis.

Kita Adalah Pemilik Saham Republik Ini

Kita Adalah Pemilik Saham Republik Ini
Puisi ini merupakan salah satu puisi terbaik yang pernah saya lihat. Puisi ini buah dari karya sastrawan ulung Taufik Ismail yang berjudul

"Kita Adalah Pemilik Saham Negeri Ini"

Tidak ada pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus
Karena berhenti atau mundur
Berarti hancur

Apakah akan kita jual keyakinan kita
Dalam pengabdian tanpa harga
Akan maukah kita duduk satu meja
Dengan para pembunuh tahun yang lalu

Dalam setiap kalimat yang berakhiran
“Duli Tuanku ?”

Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus

Kita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalan
Mengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuh
Kita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsara

Dipukul banjir, gunung api, kutuk dan hama
Dan bertanya-tanya inikah yang namanya merdeka
Kita yang tidak punya kepentingan dengan seribu slogan
Dan seribu pengeras suara yang hampa suara

Tidak ada lagi pilihan lain
Kita harus
Berjalan terus.