Berangkat dari artikel kemarin yang berjudul “Tidak Eksisnya Tuhan Berarti Keadilan Untuk Seluruh Manusia” kali ini saya ingin membahas mengenai keberadaan Tuhan di sekitar kita, bahwa Tuhan bisa kita temukan di setiap saat dan di semua tempat jika kita merenung dan berfikir secara tulus dan benar. Pengetahuan manusia dapat mengantarnya kepada pengakuan tentang wujud dan kuasa-Nya, mengenalnya melalui hasil ciptaan-Nya, menjangkau-Nya melalui dampak kuasa-Nya, serta merasakan hakikat kebesaran-Nya dengan melihat aneka Kebijakan-Nya.
Baiklah, agar tidak memperpanjang mukadimmah langsung saja simak penjelasannya.
Akhir-akhir ini banyak cendekiawan memperkenalkan aneka kecerdasan manusia, antara lain IQ (Kecerdasan Intelektual), EQ (kecerdasan Emosional), SQ (Kecerdasan Spiritual). Kecerdasan spiritual melahirkan iman yang kukuh dan rasa serta kepekaan yang mendalam. Kecerdasan semacam inilah yang menegaskan wujud Tuhan yang dapat ditemukan dimana-mana. Kecerdasan ini melahirkan kemampuan untuk menemukan makna hidup, serta memperhalus budi pekerti, dan dia juga melahirkan mata ketiga dan indra keenam bagi manusia.
Dia yang mengantar manusia percaya kepada hal-hal bersifat gaib yang tidak bertentangan dengan kecerdasan intelektualnya. Bukan gaib yang merupakan takhyul dan khufarat. Bukan gaib yang menjadikannya percaya kepada angka 13 atau mengundangnya mengkafankan kucing yang ditabraknya dengan pakaiannya lalu menguburkannya, tetapi menabarak manusia melarikan diri.
Baca juga artikel : Tidak Eksisnya Tuhan Berarti Keadilan Seluruh Manusia
Kecerdasan emosional menjadikan manusia mampu mengendalikan nafsu bukan membunuh dan meniadakannya. Kecerdasan ini melahirkan pengendalian diri, bukan penyangkalan dan peniadaan pribadi. Emosi dan nafsu yang terkendali sangat kita butuhkan, sebab keduanya merupakan di antara sekian factor yang mendorong terlaksananya tugas kekhalifahan di muka bumi yakni membangun dunia sesuai dengan kehendak dan tuntunan Ilahi. Kecerdasan ini diantara lain mengajarkan kita marah pada tempatnya, dan dengan kadar serta yang tepat pula.
Kecerdasan emosional mendorong lahirnya ketabahan dan kesabaran menghadapi segala tantangan dan ujian. Kecerdasan ini yang dapat menjadikan jiwa manusia seimbang, keseimbangan yang dapat menjadikan berfikir logis, objektif bahkan memiliki kesehatan dan keseimbangan tubuh. Siapa yang berfungsi dengan baik kecerdasan emosi dan spiritualnya, maka akan selamat pula anggota badannya dari segala kejahatan dan selamat pula hatinya dari segala yang maksud buruk.
Kecerdasan ketiga yang kita butuhkan adalah kecerdasan intelektual. Akan tetapi, jika tidak dibarengi dengan kedua kecerdasan di atas, maka manusia bahkan kemanusiaan seluruhnya akan terjerumus ke dalam jurang kebinasaan. Ia akan menjadi seperti kepompong yang membakar dirinya sendiri karena “kepintarannya”. Harus diingat bahwa kebodohan bukanlah sekadar lawan dari banyaknya pengetahuan, karena bisa saja seorang memiliki informasi yang banyak tetapi apa yang diketahuinya tidak bermanfaat baginya. Dalam salah satu nasihat kepada anaknya, Luqman Al-Hakim berpesan : “Hai anakku, tidak ada baiknya mempelajari apa yang belum engkau ketahui, selama engkau belum memanfaatkan apa yang telah engkau ketahui. Ini seperti pengumpul kayu yang tak mampu memikulnya, tetapi ia menambah lagi kayu yang lain untuk dipikulnya.”
Kini, maukah kita menggunakan aneka kecerdasan itu secara terpadu? Jika kita mau bertekad, Insya Allah Yang Maha Kuasa akan “menampakkan” diri-Nya kepada kita, dan ketika itu Dia akan mencintai kita.
0 Komentar