Hidup di dunia ini tidak semanis buah kurma, juga tidak mudah menaklukan tantangan seperti mudahnya membalikkan telapak tangan. Kiasan ini hanya bisa diaplikasikan pada kehidupan setelah di dunia, yakni di akhirat menuju kehidupan surga yang abadi nan indah sebagaimana yang kita impikan di dunia.
Semua orang sudah paham akan konsep ujian hidup, namun sedikit orang yang paham ataupun kurang meyakini bahwa ujian yang diberikan oleh allah tidak akan berat dibandingkan sebatas kemampuan manusia. Mereka yang tidak menyelesaikan misinya itu ada beberapa faktor, salah satunya kurang berilmu dalam agama.
Menurut Rahma, cobaan, ujian, tantangan atau sejenisnya itu ibarat makan sayur tanpa garam. Rasanya tawar disantappun tidak sedap. Seandainya hidup di dunia hanya datar saja, cobaan dan prestasi tidak didapati yang dihasilkan akhirnya akan terasa hampa dan tidak bermakna. Terlepas dari pada itu tuhan sekalipun tidak mungkin mau menerapkan konsep tersebut. Sebab cobaan hidup sudah menjadi rumusnya dunia. Dan rumus itu sudah dari sononya kata mahasiswi fakuktas ekonomi U.K ini.
Dia melanjutkan bahwa di dunia bak seperti seorang perantauan. Jika kita terlahir berasal dari dimensi lain maka kita hidup tujuaannya untuk dimensi lain yakni surga. Begitu juga dengan hidup seorang perantauan. Ia terlahir dari kampungnya dan hidup untuk kampungnya. Biasanya perantauan ini adalah ciri-ciri orang yang memikirkan orang lain. Memang untuk perumpamaam perantauan ini begitu luas maknanya, banyak teori lain mengenai hal ini. Namun secara kesamaannya adalah sama-sama memikirkan bagaimana nasib kita nanti di kampung halaman -akhirat.
Mengenai kampug halaman, mahasiswi yang bernama lengkap Rahma Dewi Susanti ini berasal dari kota Tembilahan. Yang beralamat di kabupaten indra giri hilir provinsi riau. Merantau ke karimun setelah menyelesaikan pendidikan SMA di tembilahan, kini ia duduk di bangku kuliah jurusan akutansi semester 2 Universitas Karimun.
Kegiatan yang ia lakukan di bulan ramdhan sekarang adalah mengajar di TPQ As-sunnah. Di sela-sela kesibukannya sebagai mahasiswi ia sempatkan juga mengajar pada pagi hari lalu malamnya di lanjutkan dengan kuliah. Jadwal padat ini belum termasuk kerja lainnya dalam mengurusi rumah, berkat kepiawaian dalam memanajemenkam waktu ia berhasil menyelesaikan ini semua.
Terasa nikmat mengajar anak itu, katanya lagi. Apa lagi bangga ketika anak-anak ini kompak saat bermain games dan serius saat mengerjakan ibadah sholat dan mengaji bersama. Ia menambahkan dengan perasaan bahagia setelah mengetahui makna serta dampak positif dari mengajar.
Berikut foto-foto Rahma dan beberapa anak didiknya di TPQ As-Sunnah yang beralamat di perumahan taman imperium.
0 Komentar