Sukses Karena Kuliah Banyak Tetapi Yang Tidak Sedikit


Pendidikan adalah salau satu indikator dalam menciptakan sumber manusia yang berkualitas, serta berdaya saing dan pribadi yang unggul. Sistem pendidikan yang buruk akan berubah menjadi bom waktu bagi sekolah, kampus, daerah hingga bangsanya jika tanpa sedikitpun melakukan perubahan dalam tatanannya. 

Realita yang ada pendidikan di indonesia sekarang telah berevolusi dari berbagai aspek. Seperti kurikulumnya, status negeri, kualifikasi tenaga ahli, hingga prestasi di semua level adalah contoh yang telah megalami evolusi. Itulah keberhasilam pemerintahan kita dalam kurun 20 tahun terakhir.

Pendidikan patut disinggung akan eksitensinya pada masyarakat indonesia. Dalam hal tersebut pendidikan menjadi pemeran utama dalam setiap kegiatan di masyarakat. Akan tetapi masyarakat menyikapi pendidikan perguruan tinggi bukanlah salah satu syarat mutlak untuk menjadi sukses. Mereka berpandangan pendidikan perguruan tinggi hanya sebagai penunjang, pendidikan dibawahnya barulah syarat mutlak untuk menjadi orang sukses. Contoh ijazah SMA dan sejenisnya dijadikan syarat bagi orang tua demi mendapatkan pekerjaann anaknya, tetapi melanjutkan ke bangku kuliah hanya sebagai pilihan mereka. Mereka meyakini dan percaya, rentan 12 tahun sudah lebih dari cukup untuk dilepaskan untuk mengarungi hidup.

Lebih parahnya lagi, ungkapan "sukses merupakan tujuan hidup seseorang tanpa dipengaruhi oleh pendidikan, garis tangan kita pada hakekatnya sudah di tentukan jadi tidak perlu sekolah atau kuliah lagi. Lihat saja pengusaha sukses, pendidikannya hanya tamat SD".

Diluar konteks pemasalahan seperti kedaan ekonomi yang menimpa, ketidakmampuan daya serap, permasalahan keluarga serta minimnya hasrat untuk melanjutkan kuliah. Sebenarnya harus digalakkan dengan sebuah dorongan mental demi melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, dan kewajiban tersebut adalah tugasnya pemerintah. Melakukan manuver-manuver yang tepat dimana sasarannya mereka adalah orang yang cenderung berfikir pendidikan perguruan tinggi terebut tidaklah penting.

Tidak mudah untuk menjadi seorang sarjana. Namun menjadi seorang sarjana adalah suatu keharusan di abad ini. Teknologi semakin maju, ilmu terus berubah, pantangan adat menjadi kenangan, bahasa mengalami pelebaran dan semuanya mengalami perubahan. Menjadikan isyarat bahwa lulusan tingkat SMA tidak akan bisa menyesuaikan diri seiring perkembangan dunia semakin membutuhkan skill dari setiap individu. Kebanyakan masyarakat indonesia, tuntutan zaman seperti di atas tanpa sedikit pun tersugesti langsung untuk berubah dari cara berpandangan tersebut.

Adapun pola pikir primitif semacam ini dilihat sudah hilang secara perlahan, akar permasalahannya pemerintah telah temukan titik terang. Namun hanya ada di kota-kota besar dengan pengaruh lingkungan pendidikan yang baik dengan sistem yang terstruktur pada sekitarnya. Untuk di kota berkembang rasanya tidak, malah pola fikir tersebut makin bertambah.

Keterlambatan pola fikir semacam ini kemudian hari akan menjadi pemicu bangsa indonesia lamban dalam hal menciptakan SDM yang berkualitas. Lihat negeri jiran Malaysia, dengan sistem pendidikan yang terintegrasi menjadikan mereka optimis menjadi negara maju pada tahun 2020. Indonesia kapan? Yang saya ketahui targetnya 2025. Jauh sekali? Wajar, mengelola rakyat yang banyak dengan beragam permasalahan begitu sulit ketimbang mengelola rakyat yang sedikit.

Tetapi apakah target tersebut bisa tercapai dengan tingkat kesadaran pendidikan perguruan tinggi yang masih rendah di daerah lingkungan perdesaan? Pesimis dikalangan akademisi mulai mengintai, rakyat kritis mulai mempetanyakan peran parlemen, pemerintah di anggap tidak optimal dalam implementasinya.

Previous
Next Post »
0 Komentar